Pages

Kamis, 27 November 2014

KONDISI LINGKUNGAN KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA


ARTIKEL ILMIAH POPULER
SULAWESI TENGGARA
KOTA KENDARI


Pada saat ini bahwa sekarang negara Indonesia kita ketahui sedang di selimuti banyak permasalahan entah itu permasalahan internal yang menyelimuti sistem yang ada dan masalah eksternal yaitu masalah lingkungan. Pada kesempatan kali ini saya sebagai penulis akan menjelaskan masalah lingkungan yang terjadi di kota Kendari, Sulawesi tenggara.

Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995. Kota ini memiliki luas 296,00 km² (29.600 Ha) dan berpenduduk 200.474 jiwa 2000.
Pada zaman kolonial Belanda Kendari adalah Ibukota Kewedanan dan Ibukota Onder Afdeling Laiwoi. Kota Kendari pertama kali tumbuh sebagai Ibukota Kecamatan dan selanjutnya berkembang menjadi Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, dengan perkembangannya sebagai daerah permukiman, pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau. Luas kota pada saat itu ± 31.400 km².

Kota Kendari memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit dan dilewati oleh sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya.
Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, berada di antara 3º54’30” - 4º3’11” Lintang Selatan dan 122º23’ - 122º39’ Bujur Timur.
Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan:
 PENCEMARAN TELUK KENDARI



Kawasan pesisir teluk kendari yang ¾ bagian didominasi oleh kawasan pesisir teluk kendari, memiliki potensi pencemaran yang sangat besar. Kondisi ini dipengaruhi oleh bentuk teluk yang semi tertutup yang seluruh aktivitas daratan akan bermuara kearah pantai teluk kendari bagian dalam. Tidak adanya basuhan yang mengarah kearah lautan menjadikan daerah pesisir teluk kendari menyimpan bahan pencemar kedasar sediment pantai.  Sumber pencemaran perairan dapat diidentifikasi dari berbagai sumber diantaranya; industri perikanan, pelabuhan umum, pelabuhan perikanan, limbah hotel dan ruko, limbah rumah sakit, limbah rumah tangga, pertambangan dan berbagai aktivitas lainnya.  Kondisi ini belum termasuk kegiatan diseluruh DAS yang bermuara kearah teluk kendari.
Abrasi dan sedimentasi
Kondisi ini karena arus yang laut yang disebabkan oleh alur pelayaran umum seperti jalur kapal cepat.  Kecepatan kapal yang menggerakkan gelombang dan arus kearah pantai setiap harinya menyebabkan abrasi yang parah dan makin hari makin membesar.
Proses sedimentasi lebih parah terjadi pada sisi barat kawasan pesisir kota kendari.  Kondisi ini dipacu oleh pasokan sumber sedimentasi yang berasal dari DAS Kambu, Angguya dan Wanggu. Semakin parahnya kerusakan pada hulu sungai menjadikan proses abrasi pada daerah hulu, hilir sehingga terjadi pasokan yang tidak terkontrol pada masing-masing DAS ini.

Penyebab Pendangkalan dan Pencemaran
dari hasil kajian dan penelitian mengenai pendangkalan dan pencemaran Teluk Kendari maka dapat uraikan beberapa penyebab pendangkalan dan pencemaran Teluk Kendari antara lain ;


  • Pemanfaatan lahan yang kurang terkendali akibat perambahan hutan (TAHURA, Nanga-Nanga dan Boro-boro) dan  penambangan bahan galian pasir kuarsa bagian utara Teluk Kendari

  • Banyak lahan-lahan kosong yang belum dimafaatkan secara maksimal di sekitar kawasan teluk (TAHURA dan Nanga-Nanga)

  • Area dermaga tradisional yang kurang terawat dan tidak efektif penggunaannya

  • Kurangnya pemeliharaan ruang terbuka hijau

  • Kualitas perairan semakin buruk karena sedimentasi, pencemaran limbah rumah tangga dan aktivitas pelabuhan (kapal)

  • Timbulnya pencemaran akibat aktivitas penduduk kota dan daerah hulu sungai yang bermuara di Teluk Kendari melalui angkutan sedimen yang yang mengendap di muara

  • Sistem pertanian/pengairan dibagian hulu DAS yang menggunakan pestisida atau obat-obatan lainnya

  • Aktivitas petambangan yang destruktif seperti pengambilan terumbu karang dan batu pasir untuk fondasi bangunan dan darmaga

  • Penataan kawasan Teluk Kendari belum tertata menurut tata ruang kota (pembangunan perumahan dan bangunan lainya kurang memperhatikan sempadan sungai dan terkesan tampak kumuh dan tidak tertata)

  • Manajemen aktivitas pariwisata di kawasan Teluk Kendari kurang terintegrasi dengan baik


  • Lembaga yang berwewenang belum memiliki perangkat dan dana yang memadai untuk melakukan pengendalian pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan

  • Belum adanya kelembagaan masyarakat yang kuat ditingkat masyarakat nelayan/rumput laut/petambak sehingga menyebabkan pemanfaatan sumber daya semaunya tanpa ada kesepakatan menjaga sumberdaya pesisr dan laut

  • Lemahnya komitmen dan penegakan aturan menjadikan semua orang bebas melakukan aktivitas tanpa ada kesepakatan untuk menjaga sumberdaya alam

  • Alih fungsi rawa mangrove menjadi lahan tambak mengakibatkan penurunan kualitas ekologi karena hilangnya fungsi penahan material endapan pantai



  • Akibat hilangnya pohon mangrove maka proteksi pantai semakin lemah dan memicu terjadinya aberasi
Kesimpulannya bahwa permaslahan yang menyelimuti teluk kendari banyak berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal, permaslahan faktor internal yaitu kurang adanya kesadaran masyarakat kendari tentang menjaga teluk kendari sebagai urat nadi kota kendari, dan permasalahan faktor eksternalnya penataan kawasan teluk kendari yang belum tertata rapi dll.



http://ardi-lamadi.blogspot.com/2012/01/logo-kota-kendari-dan-logo-provinsi.html
http://bharatanews.com/berita-2436-2025-teluk-kendari-jadi-daratan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar