FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI IMPOR
KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA DARI JEPANG
PERIODE 1990-2012
Ketut Evilia Wijayanthi
Made Dwi Setyadhi Mustika
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali,
Indonesia
e-mail: eviliawijayanthi93@gmail.com/ telp: 083114253263
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali,
Indonesia
ABSTRAK
Impor Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri atas barang-barang konsumsi dan
impor atas bahan baku dan penolong, serta barang modal yang pasokannya belum
dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri-industri dalam negeri. Salah satu
barang yang diimpor oleh Indonesia adalah Kendaraan Bermotor. Perkembangan
Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012 memiliki
rata-rata perkembangan sebesar 31.38 persen pertahun. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar
Amerika Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa secara serempak maupun parsial
terhadap Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode
1990-2012. Serta untuk mengetahui variabel paling berpengaruh dominan terhadap
nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda mendapatkan hasil diperoleh
kesimpulan bahwa produk domestik bruto (PDB), kurs dollar, tingkat inflasi, dan
cadangan devisa secara serempak berpengaruh terhadap nilai impor kendaraan
bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Secara parsial, kurs dollar
dan inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai impor, produk domestik bruto (PDB)
dan cadangan devisa berpengaruh positif, sedangkan variabel produk domestik
bruto (PDB) diketahui sebagai yang paling dominan.
Kata kunci: impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang, PDB, kurs dollar
Amerika Serikat, inflasi, cadangan devisa.
ABSTRACT
Import can not be
separated from the influence of domestic demando n consumer godos and imports
of raw and auxiliary materials, as well as capital godos whose supply can not
be met entirely by domestic industries. One of the godos impoted by Indonesia
is a motor vehicle. Development of motor vehicles imported from Japan to
Indonesia period had an average growth of 31,38 percent per year. Purpose of
this study was to determine the effect of gross domestic product (GDP), the US
dollar Exchange reserves simultaneously and partially to the value of imports
of Japanese motor vehicles Indonesia 1990-2012 period. By using multiple linear
regression analysis get the results we concluded
that the gross domestic
product, the dollar exchange rate, inflation and foreign Exchange reserves
simultaneously influence the value of imports of Japanese motor vehicles
Indonesia 1990-2012 period. Partially dollar Exchange rate and inflation does
not affect the value of imports, gross domestic product and the positive affect
of foreign Exchange reserves, while the gross domestic product of variables
known as the most dominant.
Keywords: Indonesia imports of motor vehicles from Japan, Gross Domestic
Product (GDP), united states dollar exchange rate, inflation, foreign exchange
reserves
I.
PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan dengan
sumber daya yang ada biasanya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang cukup
besar. Apabila hanya mengandalkan sumber-sumber daya yang tersedia dalam negeri
untuk memenuhi kebutuhan, dirasa belum mencukupi akibat keterbatasan sumber
daya manusia dan teknologi. Indonesia belum dapat sepenuhnya memiliki kemampuan
untuk menciptakan atau memproduksi sebagian besar kebutuhannya. Berdasarkan
kondisi tersebut ini menimbulkan munculnya berbagai produk impor yang
merajalela di Indonesia salah satunya adalah produk kendaraan bermotor impor
dari Jepang dimana negara Jepang merupakan pengeskpor terbesar selama 23 tahun
terakhir ini yaitu sebesar 1.574,50 juta US$ di tahun 2012. Bila dilihat dari
negara pengekspor kendaraan bermotor dari tahun 1990- 2012, masih didominasi
oleh Thailand, Jepang dan Amerika Serikat (Tabel 1.1). Kendaraan bermotor pada
jaman ini bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi
kebutuhan primer. Dan juga lonjakan impor kendaraan bermotor dipicu oleh
peningkatan permintaan terhadap perekonomian di Indonesia. Kegairahan pasar
otomotif di Indonesia di topang oleh industri pembiayaan yang semakin kreatif
menciptakan berbagai produk yang memudahkan bagi masyarakat konsumen untuk
memiliki kendaraan bermotor (http://bataviase.co.id/node/128294). Tabel 1 memperlihatkan
kenaikan impor di berbagai negara tersebut bervariasi, tetapi menunjukan trend
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Nilai impor kendaraan bermotor
tertinggi kedua diraih oleh Jepang setelah negara Thailand, dalam penelitian
ini mengambil negara Jepang karena data nilai impor yang di dapatkan secara
time series dari tahun ke tahun sedangkan negara Thailand hanya memiliki data
impor kendaraan bermotor dari tahun 2000-2012, sehingga permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah kendaraan bermotor Indonesia yang di impor
dari negara Jepang. Adapun berbagai merk kendaraan yang berasal dari Jepang
antara lain seperti Honda, Toyota, Suzuki dan lain-lain. Berbagai produk impor
dari Jepang telah masuk ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Tabel 1
Nilai Impor Kendaraan
Bermotor Indonesia Menurut Negara Asal Periode 1990-2012 (juta US$)
Sumber :Badan
Pusat Statistik 1990-2012 (data digabung) (www.bps.go.id)
Pada umumnya pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan Produk
Domestik Bruto (PDB). Dalam dunia nyata , sangat sulit untuk mencatat jumlah
juta US$ barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu, sehingga untuk
menafsir perubahan output angka yang digunakan adalah nilai moneternya (uang)
yang tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Pada umumnya pertumbuhan
aktivitas ekonomi yang terjadi atau berlangsung didalam perekonomian suatu
negara dapat dihitung dengan Produk Domestik Bruto (PDB) (Nanga,2005:9). Transaksi
perdagangan antar negara baik ekspor maupun impor akan memerlukan valuta asing
dalam proses pertukarannya. Untuk melakukan perdagangan internasional antar
suatu negara dengan negara lainnya tentu diperlukan satuan mata uang yang sama
dan dapat diterima secara universal sehingga tidak terjadi kebingungan untuk
melakukan perdagangan internasional, maka dari itu kurs sangat berfungsi untuk
pembanding antara nilai suatu mata uang dengan nilai mata uang lainnya. Kurs
valuta asing dalam hal ini adalah kurs dollar Amerika Serikat, berpengaruh pada
perkembangan perdagangan. Perkembangan kurs mata uang dalam negeri terhadap
mata uang asing, khususnya dollar Amerika Serikat. Dollar Amerika Serikat
merupakan mata uang internasional atau mata uang cadangan yang sejalan dengan
menanjaknya posisi Amerika Serikat di bidang perekonomian dunia, terutama
setelah perang dunia I. Dollar Amerika Serikat diterima oleh siapapun sebagai
pembayaran bagi transaksinya (Boediono,2005:97). Selain produk domestik bruto
dan kurs dollar AS faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi nilai
impor adalah Inflasi dimana jika suatu negara luar negeri lebih tinggi
inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan
lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama
jumlahnya harus ditukar dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah
(Herlambang, dkk,2001 :282). Menurut Tambunan (2001: 158) menyebutkan cadangan
devisa merupakan salah satu indikator moneter yang sangat penting yang
menunjukan kuat atau lemahnya fundamental ekonomi suatu negara. Cadangan devisa
dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu jaminan bagi tercapainnya
stabilitas moneter dan ekonomi makro suatu negara.
II.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar
Amerika Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa secara serempak terhadap Nilai
Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990- 2012.
2. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar
Amerika Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa secara parsial terhadap Nilai Impor
Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
3. Untuk mengetahui variabel paling berpengaruh dominan terhadap
nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012.
III.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini
adalah Indonesia dengan menggunakan data runtut waktu yang dikeluarkan dan
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik yang ada kaitannya dengan obyek
penelitian. Alasannya adalah karena dilihat dari data yang ada bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara pengimpor kendaraan bermotor terbesar dari Jepang.
Objek penelitiannya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) , Kurs Dollar Amerika
Serikat, Inflasi dan Cadangan Devisa terhadap Nilai Impor Kendaraan Bermotor
Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Data yang dipakai untuk penelitian ini
yaitu data sekunder yang terdiri atas data Nilai Impor Kendaraan Bermotor, PDB,
Kurs Dollar AS, Inflasi dan Cadangan Devisa di Indonesia tahun 1990-2012 yang
diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui website www.bps.go.id dan Bank Indonesia melalui
website www.bi.go.id. Data-data yang dipakai
pada penelitian ini dikumpulkan dengan metode pengumpulan data observasi non
participant. Teknik analisis data yang dipakai yaitu teknik analisis kuantitatif
yaitu regresi linier berganda, yang meliputi uji F serta uji t dengan
menggunakan program SPSS 13, serta dilakukan uji asumsi klasik. Model regresi
linier berganda untuk penelitian ini dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut
(Ghozali, 2002 : 62):
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengaruh variabel produk
domestik bruto (X1), kurs dollar AS (X2), inflasi (X3), dan cadangan devisa
(X4) terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode
1990-2012 (Y), diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = α +
β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + μi
Impor = -463,715+0,438Pdb+8,277Kurs+0,812Inflasi+2,718Devisa
Standart
Eror = (0,070) (5,153) (0,820)
(1,045)
t = (6,250) (1,606)
(0,991) (2,601)
F = 161,992 Sig = 0,000
R2 = 0,973 df =
n-k = 18
Dari hasil analisis diatas
diperoleh nilai F hitung 161,992 > F Tabel 2,96 maka Ho ditolak. Ini berarti
sesuai dengan hipotesis PDB, kurs dollar AS, inflasi dan cadangan devisa secara
serempak berpengaruh terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari
Jepang periode 1990-2012, dengan R2 0,973, ini berarti 97,3 persen nilai impor
kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang dipengaruhi bersamasama oleh variabel
Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar AS, inflasi dan cadangan devisa,
sedangkan sisanya 2,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian. Untuk uji parsial masing-masing variabel
diperoleh nilai t-hitung untuk variabel produk domestik bruto sebesar 6,250
yang berarti t-hitung 6,250 > t Tabel 1,734 maka Ho ditolak. Ini berarti
bahwa variabel Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan signifikan secara
parsial terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode
1990-2012. Koefisien regresi PDB 0,438 yang menunjukan bahwa apabila terjadi
peningkatan PDB sebesar 1 triliun rupiah akan menaikan impor kendaraan bermotor
Indonesia dari Jepang periode 1990-2012 sebesar 0,438 juta US$. Hasil
penelitian ini didukung oleh Nopirin (2009:148) yang berpendapat bahwa semakn
tinggi tingkat pendapatan (PDB), maka semakin besar kemungkinan untuk impor. Variabel
Kurs Dollar AS, Inflasi dan Cadangan Devisa dianggap konstan. Diperoleh nilai
t-hitung untuk variabel kurs dollar AS sebesar 1,606 yang berarti thitung ≥ t α(n-k) atau sig ≤ 0,05
yaitu 1,606 ≥ -1,734, maka Ho diterima yang berarti bahwa variabel Kurs Dollar
AS secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai impor kendaraan bermotor
Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Perbedaan hasil penelitian dengan
hipotesis dan penelitian – penelitian sebelumnya dikarenakan sifat konsumtif
masyarakat Indonesia terhadap kendaraan bermotor dan dilihat dari PDB Indonesia
yang cenderung meningkat walaupun terjadi kenaikan Kurs Dollar AS belum tentu
memengaruhi impor kendaraan bermotor. Diperoleh nilai t-hitung untuk variabel
inflasi sebesar 0,991 yang berarti t-hitung ≤ t tabel yaitu 0,991 ≤ 1,734 maka Ho
diterima. Ini berarti bahwa variabel Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ida Bagus Wira
Satria Wiguna (2014) yang berjudul pengaruh Devisa, Kurs dollar AS, PDB dan
Inflasi terhadap imor mesin kompresor dari China. Diperoleh nilai t-hitung
untuk variabel cadangan devisa sebesar 2,601 yang berarti t-hitung 2,601 > t
Tabel 1,734 maka Ho ditolak. Ini berarti bahwa variabel cadangan devisa secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor kendaraan
bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Koefisien regresi Cadangan
Devisa 2,178 yang menunjukan bahwa apabila terjadi peningkatan Cadangan Devisa
sebesar 1 juta US$ akan menaikanimpor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang
periode 1990-2012 sebesar 2,178 juta US$, dan variabel Produk Domestik Bruto
(PDB), Kurs Dollar AS dan Inflasi dianggap konstan. Hasil penelitian ini
didukung oleh teori Dumairy (1996:107) dalam Riris (2011) dimana Cadangan
Devisa suatu Negara berpengaruh positif terhadap nilai impor.
B.
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas
adalah untuk menguji apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Pada
penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > level of
significant (α = 5%) dan apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) <
level of significant (α = 5%) maka dapat dikatakan bahwa
residual tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian uji normalitas menunjukan
nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,882. Dengan hasil Kolmogorov-Smirnov
Z = 0,586 yang berarti bahwa Asymp. Sig (2-tailed) > α = 5%, maka
pengujian berdistribusi normal.
2.
Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi
dilakukan dengan uji Durbin-Watson bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Hasil
uji autokorelasi menunjukan nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,383
mendekati du sebesar 1,83. Ini berarti DW berada di daerah keragu-raguan. Oleh karena
itu maka pengujian dapat dilakukan dengan metode statistik non parametrik yaitu
uji “runs”. Di dalam pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji runs,
residual diharapkan berdistribusi secara acak atau tidak konsisten. Jika
distribusinya tidak acak atau konsisten menunjukkan adanya gejala autokorelasi
(Suryana Utama, 2009)
.
RUN TEST
Gambar 1 Uji
Autokorelasi dengan Uji Run NPar Tests
Olah karena hasil uji runs tidak signifikan atau dengan sig
(2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka diputuskan bahwa dalam model
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari
Jepang periode 1990-2012 tidak mengandung gejala autokorelasi.
3.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara
variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antara variabel bebas yang digunakan. Untuk menguji gejala multikolinearitas
dapat dilihat pada nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Apabila nilai tolerance lebih tinggi dari angka 10% (0,1) atau VIF lebih
kecil daripada 10, maka dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 2
Perhitungan
Tolerance dan Variance Inflation
Berdasarkan hasil regresi diatas, maka nilai VIF untuk variabel
produk domestik bruto (pdb), kurs dollar Amerika Serikat (kurs), Inflasi dan
cadangan devisa (devisa) lebih kecil dari 10 begitu pula dengan nilai tolerance
yang lebih besar dari 0,1. Jadi, dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak
mengalami multikolinearitas.
4.
Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi
adanya heteroskedasitas adalah dengan uji glejer yang dilakukan dengan
meregresikan volume absolute residual terhadap variabel bebas. Jika
tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat (nilai absolut residual), maka tidak ada heteroskedasitas. Tabel 4.3 menunjukan
bahwa koefisien baik produk domestic bruto (PDB), kurs dollar Amerika Serikat,
Inflasi dan cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut
residual dari model regresi yang digunakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedasitas.
Tabel 3
Hasil Uji
Heteroskedasitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Analisis Variabel Dominan
Dari hasil perhitungan nilai Standardized Coefficients Beta dapat
diketahui bahwa Produk Domestik Bruto merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode
1990-2012, dengan nilai standardized coefficients beta sebesar 0,693 yang
mengindikasikan meningkatnya produk domestik bruto Indonesia mempunyai pengaruh
paling besar untuk meningkatkan jumlah impor karena peningkatan pendapatan
menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan akhirnya permintaan akan
kendaraan bermotor terus meningkat. Nilai Standardized Coefficients Beta dari
masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 4
Nilai Standardized
Coefficients Beta
Coefficientsa
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1.
Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar Amerika Serikat, Inflasi
dan Cadangan Devisa secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Impor
Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2012. Dengan R2 0,973,
ini berarti 97,3 persen nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang
dipengaruhi oleh variasi Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar AS, inflasi
dan cadangan devisa, sedangkan sisanya 2,7 persen dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
2.
Produk Domestik Bruto (PDB) dan Cadangan Devisa secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia
dari Jepang periode 1990-2012.
3.
Inflasi dan kurs dollar AS secara parsial tidak berpengaruh
terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode
1990-2012.
4.
Variabel yang berpengaruh dominan terhadap nilai impor kendaraan
bermotor Indonesia dari Jepang Periode 1990-2012 adalah Produk Domestik Bruto, dengan
nilai Standardized Coefficients Beta sebesar 0,693.
B.
Saran
Karena variabel produk
domestik bruto (PDB) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai
impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang ada baiknya pemerintah dalam
melakukan impor lebih memperhatikan perkembangan pendapatan nasional negara
Indonesia, sehingga tidak mengakibatkan keterpurukan ekonomi dalam negeri. Selain
itu, hendaknya impor terhadap kendaraan bermotor di Indonesia dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dalam negeri sehingga “kebocoran” yang terjadi terhadap
pendapatan nasional dapat di tekan. Untuk mengimbangi “kebocoran” pendapatan
nasional yang diakibatkan oleh impor tersebut, hendaknya pemerintah dan
pengusaha dapat lebih meningkatkan ekspor Indonesia.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik.
2012. Laporan Volume Impor Kendaraan Bermotor Indonesia
dari Jepang Periode
2000-2012.
Denpasar.
Bank Indonesia. 2012. Statistik
Keuangan Ekonomi Indonesia. Jakarta.
. 2012. Data
Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat periode
2000-2012. Denpasar.
. 2012. Data
Perkembangan Cadangan Devisa periode 2000-2012. Denpasar.
Boediono, 2005. Ekonomi
Mikro. Yogyakarta: BPFE UGM.
Ghozali dan Casstellan.
2002. Statistik Non Parametrik “Teori dan Aplikasi dengan
Program SPSS”. Badan Penerbit
Universitas Diponogoro, Semarang.
http://bataviase.co.id/node/128294
(diunduh
pada hari rabu, tanggal 15 Oktober
2014, jam 15:00 WITA)
Herlambang, Teddy,
Sugiarto, Brastoro, Said Kelana. 2001. Ekonomi Makro :
Teori Analisis dan
Kebijakan.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ida Bagus Wira Satrya
Wiguna. 2014. Pengaruh Devisa Kurs Dollar AS, PDB Dan
Inflasi Terhadap Impor
Mesin Kompressor Dari China. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas
Udayana. Vol 3, No. 5, Mei 2014.
Nanga Muana,2005. Ekonomi
Makro : Teori , Masalah dan dan Kebijakan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Prasada.
Nopirin.2009. Ekonomi
Internasional. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Riris, Septiana. 2011.
Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi Permintaan Impor Indonesia Dari Cina Tahun
1985-2009. Skripsi fakultas ekonomika dan bisnis
Universitas Diponogoro,
Semarang.
Suryana Utama. 2009. Buku
Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif. Sastra Utama,
Denpasar.
Tambunan, Tulus,T.H. 2001.
Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan Empiris.
Jakarta : Indonesia.